Jakarta (ANTARA) - Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah berpotensi menguat terbatas oleh pelemahan dolar AS pasca data klaim pengangguran dan produksi yang lebih lemah dari perkiraan.
Klaim pengangguran aktual AS yang diekspektasikan sebesar 249 ribu rupanya secara aktual 262 ribu
"Namun, ekspektasi suku bunga paska Federal Open Market Committee (FOMC) masih menekan rupiah," ujar dia ketika ditanya Antara, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, paling tidak selama sepekan ke depan dampak dari FOMC masih akan terus ada.
Sebelumnya, Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis sore (15/6) masih dipengaruhi oleh sikap The Fed di FOMC yang diperkirakan masih akan hawkish sepanjang 2023.
"Pengaruh FOMC diperkirakan tidak terlalu lama sampai adanya rilis data-data ekonomi China dan mitra dagang lainnya," ungkap dia pada Kamis (15/6).
Senada, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menerangkan bahwa Bank Sentral AS telah memberikan sinyal bahwa tidak ada pemangkasan suku bunga tahun ini. Target suku bunga acuan yang berada di angka 5,6 persen dikatakan akan mengalami 1-2 kali kenaikan.
"Ini tidak seperti yang diekspektasikan sebagian pelaku pasar yang mengharapkan sinyal pemangkasan dari the Fed," ungkap Aris.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023